Karimun

Era Baru Kepemimpinan Milenial | Haluan Kepri – Kepri Terdepan


  • Oleh: H. Muhammad Nasir. S,Ag.MH, Kakan Kemenag Lingga

Sebentar lagi pesta demokrasi akan digelar di seluruh daerah secara serentak, terutama bagi wilayah yang ikut pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Walaupun masih dalam suasana pandemi covid-19 , tetap saja kita berharap agar kualitas pelaksanaan demokrasi mendatang tetap terjaga dengan baik, begitupun dengan kualitas pemimpin yang akan dipilih oleh rakyat nanti. Karena kita sedang memasuki era baru atau tatanan baru kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, tentu saja pemimpin yang kita dambakan adalah pemimpin yang memiliki kemampuan ideal sesuai dengan tuntutan zamannya.

Belakangan ini, kita disedihkan oleh munculnya isu public yang tak terbantahkan, bahwa negeri ini sedang dilanda krisis wibawa kepemimpinan. Akibat dari itu maka akan muncul krisis amanat bagi setiap kepemimpinan. Amanat yang seharusnya dipegang teguh dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, akhirnya hanya menjadi lahan bisnis dan proyek memperkaya diri. Kalau sudah demikian halnya, maka setiap kali mendapatkan amanah kepemimpinan, apakah jabatan, kepala, direktur dan sebagainya, maka akan disambut dengan bersuka ria dan pesta pora, bukan ditakuti dengan sedih akan beratnya pertanggungjawaban nanti di akhirat.

Melihat sejumlah problem masyarakat kita yang kian rumit, dan kompleks yang dihadapi, sangat diperlukan model kepemimpinan ideal yang tangguh dan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.

Menurut Soetjipto Wirosardjono (1990), munculnya krisis kepemimpinan disebabkan oleh semakin langkanya kepedulian mereka kepada kepentingan banyak orang, kepentingan lingkungan masyarakatnya. Menurutnya, terdapat tiga masalah mendasar yang menandai kekurangan itu yaitu : Pertama, adanya krisis komitmen. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan masalah bagi kemasalahatan banyak orang; masalah harmoni dalam kehidupan dan maslaha kemajuan daam kebersamaan. Mereka menganggap itu sebagai tugas pemerintah dan poitisi professional. Kedua; adanya krisis kredibilita. Agaknya sangat sulit untuk mencari pemimpin atau kader pemimpin yang mampu menegakkan kredibilitasnya dengan tangguh. Menurut Soetjipto ( 1990 ) kredibilitas itu dapat diukur misalnya, dengan melihat kemampuan untuk mwnwgakkan etika memikul amanah. Menurut Dean Tjosvold dan Mary M Tjosvold ( 1995 : 50 ), kejujuran –dengan memanggul amanah-adalah pangkal kredibilitas seorang pemimpin. Ketiga; semakin komplek dan rumitnya maslahat yang dihadapi masyarakat. Tantangan yang dihadapi masyarakat semakin berat, komplek dan ruwet. Kepemimpinan yang hanya mengandalkan bakat dan keturunan saja tidak cukup. Dan tidak adalagi pemimpin bodoh dan tidak peka yang bisa diterima dengan ikhlash oleh para pengikutnya.

Kepemimpinan ideal zaman sekarang juga tidak mungkin lagi mengandalkan kekuatan fisik, kelicikan, intimidasi, dan terror. Pemimpin zaman sekarang adalah pemimpin yang mampu belajar, mampu menangkap ruh zaman (zet geist) mampu membaca konteks, serta mampu membaca dan menyerap aspirasi orang yang dipimpinya. Jika tidak demikian, ia akan menjadi bahan tertawaan dan dilecehkan orang, sekalipun dari luar orang-orang pura-pura tunduk karena suap, atau takut oleh intimidasi dan pemaksaan dalam berbagai bentuknya. Ketiga factor yang telah disebutkan diatas merupakan tuntutan era baru perkembangan zaman yang tidak bisa di elakan. Hanya pemipin ideal yang mempunyai komitmen, kredibilitas dan integritas yang akan bisa bertahan dan tegak di atas kepemimpinanya.

Banyak theory dan model kepemimpinan yang ditawarkan dan berkembang di dunia saat ini , mulai dari kepemimpinan yang beraliran , Democratic Leadership, yakni suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan pada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan. Directorial /Authocratic Leadership, yakni suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut untuk kepentingan pribadi dan golongannya dengan kesediaan menerima segala resiko apapun.

Dan model kepemimpinan Paternalitic Leadership, yakni bentuk gaya kepemimpinan pertama (democratic) dan kedua (dictorial) diatas, yang dapat diibaratkan dengan sistem diktator yang berselimutkan demokratis; sampai kepada model kepemimpinan Free Rein Leadership, yakni gaya kempimimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya kebijaksanaan pengoprasian manajemen sumber daya manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan-ketentuan pokok yang ditentukan oleh atasan mereka.

Jauh sebelum lahir dan berkembangnya berbagai gaya dan theory kepemimpinan zaman ini Rasulullah saw telah mencontohkan model kepemimpinan ideal kepada umat manusia. Kepemimpina yang dicontohkan Rasulullah saw, merupakan model kepemimpinan lintas zaman sesuai dengan perkembangan masyarakat. Menurut Toto Tasmara : 1998 , adalah kepemimpinan berbasis spiritual dan moral yang tinggi. Kepemimpinan Rasulullah saw memiliki semangat ketuhanan dan kemanusiaan sekaligus. Beliau mengembangkan petunjuk kepemimpinan dengan memulai dengan memimpin diri sendiri .

Berawal dari menanamkan dan memperkuat sifat dan kepribadian dari dalam diri seorang pemimpin, kemudian baru dilaksanakan untuk orang lain. Terdapat empat sifat Beliau yang menonjol dalam cara memimpin yaitu; pertama sifat as-siddiq, yaitu sifat benar dalam segala tindakan dan perilaku kepemimpinan, kedua; Amanah, yaitu dapat dipercaya dalam seluruh kepribadian-Nya , ketiga; fathonah, yaitu cerdas dalam cara memimpin , baik cerdas aqal, emosinal dan spiritual. Dan yang ke empat; adalah Tabligh, yaitu menyampaikan kebenaran kepada siapa saja dan dimana saja walaupun kebenaran itu pahit untuk disampaikan.

Disamping itu kepemimpinan Rasulullah SAW adalah berbasis keteladanan. Apa yang diperintahkan beliau dulu yang pertama melakukannya. Keteladanan merupakan metode kepemimpinan efektif dan harismatik yang memiliki kekuatan kepenurutan dari orang yang dipimpin. Nah sudah saatnya kita bangsa Indonesia merindukan pemimpin yang berbasis keteladanan, yang dapat memberi contoh kepada masyarakatnya serta memiliki kemampuan melakukan perubahan agar dapat menyelesaikan persoalan bangsa yang sedang kita hadapi dan membawa bangsa ini kepada kesejahteraan , adil dan makmur serta dapat bersaing dengan bangsa lain.

Kepemimpinan era baru yang ditawarkan, disamping model kepemimpinan Rasulullah saw, dapat dilengkapi dengan model kepemimpinan lain yang sesuai tuntutan perkembangan masyarakat. Jefferson James dalam bukunya Thinking in The Future Tense : 1999 ), membantu mengidentifikasi sejumlah karakteristik –tepatnya keterampilan, skill yang harus dimiliki oleh seorang pemompin. Jika karakter-karakter penting ini dimiliki oleh seorang pemmpin, ia bisa menjadi tumpuan banyak orang.

Karakter atau keahlian yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ideal menurut Jefferson James : 1999 ), diantaranya adalah : 1 ). Memiliki keterampilan pesfektif. Artinya dengan kecerdasan yang dimilkinya, seorang pemimpin mampu melihat segala sesuatu dari sudut yang tidak pernah difikirkan orang banyak. Ia mampu melihat berbagai persoalan dari sudut pandang yang cerdas dan memikat, walaupun persoalan yang dilihatnya sama dengan yang dilihat banyak orang. 2 ). Memiliki kemmpuan dalam memaksimalkan potensi yang ada. Atau kalau menggunakan bahasa fisika, memiliki kesnaggupan mengubah energy potensial menjadi energy kinetic.

Seorang pemimpin yang hebat adalah seorang yang mampu mensinergikan berbagai kekuatan yang dimilikioleh umat; mengubah potensi menjadi aksi yang memiliki kemaslahatan social yang lebih besar. Dalam bahasa yang sederhana, bisa dikatakan seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang memiliki keterampilan managerial yang canggih. 3 ). Memiliki kesanggupan dalam memaknai symbol-simbol. Abat ini adalah abad symbol , atau abat imagologi, dalam terminology Milan Kundera. Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang mampu memaknai dan menterjemahkan symbol-simbol, dan tidak berhenti pada symbol-simbol itu sendiri tetapi dapat diwijudkan dalam bentuk tindakan bermakna dalam mencapai tujuan. 4 ). Memahami dan mengapresiasi berbagai macam kecerdasan. Seorang pemimpin adalah yabg sangat memahami adanya dinamika kecerdasan yang dimiliki manusia, dan berusaha memfasilitasi dan mengembangkannya. Dengan mensinergikan berbagai kecerdasan tadi, akan banyak manfaat yang diterima dan dirasakan masyarakat. 5 ). Apresiatif terhadap berbagai keunggulan baru.

Seorang pemimpin yang cerdas adalah seorang yang sangat terbuka dan gembira dalam menerima setiap geunggulan yang datang dari manapun. Dengan keterbukaan yang dimilikinya , akan mengapresiasi dan merebut keunggulan itu dari orang lain. Dia selalu membekali diri dengan pengetahuan atau metodologi, strategi, pendekatan dan paradiqma serta berbagai alat analisis dalam menyelesaikan problem yang ada.

Mudah-mudahan, memasuki tatanan kehidupan era baru ini akan lahir pemimpin ideal yang dapat membawa perubahan bagi kesejahteraan bangsa dan mampu mencintai rakyatnya serta menjadi teladan bagi seluruh masyarakatnya. Aamiin. ***



Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

Ke Atas