Karimun

MYRES Sebuah Model Pembelajaran Era Baru Madrasah – Kepri Terdepan


  • Oleh: H. Muhammad Nasir. S.Ag., M.H., Kakan Kemenag Lingga

Kemajuan teknologi yang tidak seimbang dengan perkembangan ilmu keislaman, terutama di kalangan generasi milenial saat ini, hanya akan menjadi beban sosial yang merugikan. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, yang telah menggiring masyarakat dunia masuk dalam sketsa revolusi Industri atau 4.0 kepada peradaban baru yang serba digitalistik, webinar dan onlinistik, telah memaksa dunia pendidikan termasuk pendidikan madrasah untuk tangkas memilih pengembangan metode pembelajaran yang lebih tepat.

Kondisi demikian merupakan tantangan yang menjadi peluang bagi generasi saat ini dan tidak perlu ditakuti. Dalam menghadapi tangan tersebut telah sewajarnya pendidikan madrasah melakukan reorientasi dan fungsi tehnologi dengan menyiapkan tindakan kultural yang telah ada, dalam perangkat tradisi dan tindakan kultural yang dinamis. Sebab kultur dan tradisi sebanarnya tidak menantang kemajuan, sebaliknya justru menjadi alat bagi kemajuan.
Tradisi dan strategi inilah yang dikembangkan oleh Dirjen Pendidikan Madrasah Kemeneterian Agama RI , melalui program Madrasah Young Researcher Super Camp (MYRES) tahun 2020. Tidak kurang dari 50 peserta anak-anak madrasah di seluruh Nusantara yang akan ikut dalam presentase proposal tahun ini. Program ini merupakan strategi trnasformasi tehnologi pengayaan kurikulum madrasah yang akan mengembangkan gagasan-gagasan intelektualitas untuk menjadi SDM yang maju dan modern. Hal ini sangat penting dilakukan karena sebuah tuntutan inovasi dan modernisasi strategi.

Dalam dunia pendidikan, kata research selalu diikuti dengan kata pengembangan, sehingga dikenal dengan sebutan Research and Development (R&D). Menurut Gay (1990) merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan dalam pendidikan, dan bukan untuk menguji teori. Dengan kata lain research dalam pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Madrasah merupakan lembaga pendidikan yang menghasilkan produk SDM yang merupakan anak-anak bangsa yang harus maju dan bermutu. Karena itu sangat tepat jika MYRES dikembangkan sebagai model pembelajaran era baru di madrasah.

Aspek yang spektakuler dalam modernisasi suatu lembaga pendidikan madrasah adalah pergantian teknik produksi hasil atau output yang dicapai selama pembelajaran. Karena madrasah dikembangkan melalui metodologi pengayaan kurikulum, maka MYRES menjadi strategis yang sangat tepat untuk pengembangan pembelajaran saat ini.
Disamping itu upaya mengoptimalkan mutu madrasah melalui berbagai teori dan strategi tidak dapat dilepas dari konteks persoalan yang lebih makro. Karena kegiatan pendidikan pada madrasah sangat dipengaruhi dan erat kaitannya dengan lingkungan dimana lembanga itu berada. Madrasah saat ini sedang berada pada dunia global yang modern, maka madrasah tentu saja dipengaruhi oleh system kehidupan modern, sebagaimana yang dikatakan oleh Jeanne H.Ballarine (1983), bahwa pendidikan sangat terkait dan dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat mendesak maupun sekunder, seperti teknologi, politik-ekonomi, nilai-nilai budaya dan idiologi, perubahan sosial dan perkembangan penduduk.

Dalam kontek tersebut madrasah harus dapat bangkit sesuai dengan motto “ Madrasah Hebat Madrasah Bermartabat”. Apalagi saat ini bangsa Indonesia berada pada era baru, era revolusi 4.0 dan era terjadinya berbagai lompatan perubahan yang sangat spektakuler. Oleh sebab itu madrasah harus menjadi lembaga yang memiliki peran konstruktif-edukatif yang memiliki arti, posisi dan strategis sebagai pemasok SDM yang mempunyai kemampuan di bidang penguasaan Iptek , Imtaq dan industri maju. Sehingga madrasah dapat bersaing dalam menghadapi tantangan hari ini dan masa depan sebagaimana yang dikatakan oleh Alvin Toffler, “Education Must shift into the future tense”.

Pengayaan strategi pembelajaran MYRES yang digagas oleh Dirjen Pendidikan Agama RI tahun ini merupakan inovasi pengembangan pembelajaran berbasis sain yang sangat tepat. Apalagi madrasah saat ini sedang berada dalam tantangan yang amat berat yaitu tantangan era digitalisasi yang tak dapat diabaikan. Era digital merupakan generasi milenial yang memiliki exploseion teknologi komunikasi yang cepat dengan cirinya; dapat menjangkau seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo sekejab, jumlah pesan dan arus lalulintas informasi telah berlipat ganda secara geometrik, kompleksitas teknologinya sendiri semakin canggih (shopisticated ) baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya ( Andi Faisal Bakti dkk : 2014 ).

Sebagai generasi milenial anak-anak madrasah adalah generasi yang diidentifikasi sebagai generasi y, menunjuk pada sekelompok orang yang lahir setelah generasi X, yaitu orang-orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000-an. Ini berarti mereka adalah generasi muda yang berumur 17-37 pada tahun ini. Generasi ini memiliki ciri khas tersendiri, yaitu mereka lahir pada saat TV berwarna, handphone, juga internet sudah diperkenalkan, sehingga generasi ini sangat mahir dalam tehnologi ( Rumah Milenial Com : 2018 ).

Dengan demikian , dalam Era Revolusi Industri 4,0 ini, madrasah harus tampil dipanggung dunia global sebagai agen pembaharuan yang mampu melahirkan generasi emas, generasi yang teguh dan tangguh mempertahankan dan mengamalkan Ilmu pengetahuan serta dapat mempengaruhi struktur kehidupan masyarakat yang berubah. Melalui kemajuan dan pemanfa’atan tehnologi, telah menyebabkan manusia yang satu dengan yang lain saling ketersambungan. Termasuk ketersambungan dunia pendidikan madrasah.

Sebagai generasi baru atau generasi milenial , anak-anak madrasah dituntut memiliki sifat kritis, bermental social, dan mampu menggunakan media dengan baik dan benar, sehingga dapat memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa yang makin kompetitif. Mereka juga didorong memiliki kompetensi abat ke-21, paling tidak empat kompetensi ( Four Comptences ) yang sudah disepakati oleh pakar pendidikan di Eropa dan Amerika yaitu ; (1). Berfikir kritis dan pemecahan masaalah, critical thingking and problem solving, ( 2 ). Komunikasi global, global communication, (3). Kolaborasi, collaboration, dan ( 4 ). Pemikiran kreatif dan inovatif, creative and innovative thingking ( Sharon P. Robinson and Ken Key : 2015 ). Disamping kompetensi tersebut, diperteguh pula dengan competensi keilmuan dengan khas keislaman sebagai mana yang di tuangkan dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor : 000912 Tahun 2013 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab ( kita tidak uraikan disini ).

Akhirnya dengan pengayaan pembelajaran melalui YRSC diharapkan madrasah mampu meningkatkan kualitas SDM sesuai kompetensi abad baru saat ini. Tentu dengan menciptakan berbagai keunggulan ( excellences ), tidak hanya dalam pembelajaran, tetapi yang lebih penting bagaimana penelitian dan inovasi itu dapat berimplikasi kepada peningkatan mutu dan kemajuan madrasah untuk terwujudnya generasi milenial yang berkarakter dan berakhlak mulia. Aamiin.***



Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

Ke Atas