Karimun

Pembentukan Awan Cumulonimbus Masih Tinggi – Kepri Terdepan


Pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) di wilayah udara Indonesia masih tinggi. Kondisi ini dikhawatirkan membahayakan penerbangan. Demikian disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Dijelaskan, pembentukan awan CB terutama berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur.

Kemudian Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, NTB, Maluku, Papua Barat, Papua.

“BMKG mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan,” kata Deputi Bidang Meteorologi Guswanto, Rabu(20/1/2021).

Untuk mempercepat dan memperluas layanan informasi cuaca penerbangan, sejak 2018 BMKG menyampaikan update informasi prakiraan cuaca di seluruh bandara melalui aplikasi mobile phone Info BMKG, juga melalui layar-layar display cuaca di seluruh bandara.

Informasi dalam aplikasi Info BMKG tersebut meliputi informasi cuaca setiap jam hingga prediksi kondisi cuaca untuk empat jam ke depan.

Sedangkan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca untuk area maupun rute penerbangan seperti SIGWX (Significant weather Chart), SIGMET (Significant Meteorological Information) dapat diakses dalam laman aviation.bmkg.go.id

“Masyarakat dan semua pihak diminta untuk terus memonitor pemutakhiran informasi tersebut agar dapat lebih waspada dan memitigasi berbagai risiko yang dapat diakibatkan oleh kondisi cuaca,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Prediksi pembentukan awan Cumulonimbus ini dirilis berbarengan dengan prakiran puncak musim hujan yang telah dimulai di sebagian besar wilayah Indonesia.

Puncak musim hujan terutama dimulai di Jawa, Bali, Sulawesi Selatan hingga Nusa Tenggara tengah. Masyarakat perlu mewaspadai cuaca ekstrem yang sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor.*

(sumber: cnnindonesia.com)



Sumber

Klik untuk berkomentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Most Popular

Ke Atas